Sejak kecil kita pasti diajarkan oleh kedua orang tua tentang sopan santun. Kepada siapapun, dimanapun itu namanya bersikap sopan dan santun itu perlu malah wajib. Ada banyak sekali hal yang hal yang diajarkan mereka perihal sopan santun, contoh simplenya adalah selalu meminta maaf jika kita telah berbuat salah. Menggunakan kalimat yang baik ketika meminta pertolongan. Dan mengucapkan terima kasih kepada seseorang yang telah memberikan bantuan atau apapun kepada kita
Seiring dengan perkembangan zaman dan pesatnya teknologi kata – kata seperti minta maaf, tolong , ataupun terima kasih sudah mulai luntur. Di kalangan siswa SMP saya sendiri kata-kata itu seakan amat jarang keluar dari mulut siswa jika tidak di suruh atau ditegur. Di medsos seperti Whatsapp, Facebook ataupun Instagram pun mereka seolah meninggalkan budaya-budaya kesopanan, seperti jika ingin kirim pesan lewa whatsapp dengan guru mereka langsung mengutarakan pertnyaannya tanpa didahului dengan “salam”, atau” maaf mengganggu” atau “terima kasih” ketika di jawab pertanyaannya bahkan lebih parahnya lagi ada yang menjawab dengan kata “oh” saja. Hal ini sangat jamak terjadi di kehidupan berkomunikasi di social media dengan siswa. Inilah yang mendorong saya untuk melakukan Program Berbudaya (salam,terima kasih, meminta maaf, dan penggunaan bahasa Indonesia) ini .
Setelah melihat latar belakang diatas, penulis menyimpulkan bahwa perlu adanya suatu program untuk mengingatkan kembali perlunya menjadi siswa yang cerdas, santun dan berbudaya. Sebab, di zaman milenial ini bijak dalam beucap baik didunia nyata maupun di dunia maya amatlah penting dan menjadi suatu keharusan.
Program tersebut penulis menyebutnya dengan PROGRAM BERBUDAYA (Salam,Terima kasih, Meminta maaf, dan Penggunaan bahasa Indonesia). Program ini bertujuan untuk Menciptakan pelajar yang Berbudi pekerti, Santun dan Berbudaya di dunia nyata maupun di dunia nyata. Tahapan Program ini yaitu :
Dari rangkaian kegiatan yang sudah direncanakan , sebagian besar sudah dilakukan dengan cukup baik. Adapun hasilnya jug terlihat cukup signifikan. Terbukti dengan sekarang siswa jika berkomunikasi dengan guru mereka mulai mengontrol ucapan atau tindakan yang dirasa tidak sesuai. Mereka berusaha menerapkan budaya maaf, terima kasih dan tolong meski terkadang masih lupa. Di social media sendiri siswa sudah mulai berusaha menggunakan bahsa Indonesia yang baik dan benar dan menggunakan etika yang diinginkan seperti salam sebelum bertanya, maaf untuk mengganggu waktunya atau terima kasih diakhir percakapan.
Pembelajaran yang diperoleh dari aksi nyata yang sudah dilakukan adalah memang tidaklah mudah untuk merubah karakter atau kebiasaan dalam jangka waktu tertentu. Dibutuhkan usaha pembiasaan yang terus menerus agar siswa menjadi terbiasa dan mempunya reflek otomatis. Kegagalan suatu program pembiasaan biasanya berasal dari ketidakkonsistenan dan ketidakberlanjutan suatu program. Jadi Kita sebagai yang menjalankan program harus bekerjasama dengan semua elemen di Sekolah untuk terus melakukan program berbudaya ini
Program Berbudaya (salam,terima kasih, meminta maaf, ,dan penggunaan bahasa Indonesia) ini akan terus dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi terkini. Jika saat ini karena kondisi pandemic hanya bisa melakukan sosialisasi massif di media social dan di beberapa kelas-kelas. Kedepannya kita bisa mensosialisasikan dan mengaplikasikannya secara lebih real dan di tauladankan langsung oleh para guru dan semua elemen disekolah